"Jika kamu ingin menilai kemajuan suatu negara, maka lihatlah dari apa yang dilakukan oleh Pemudanya"
Salah satu dari golongan pemuda yang sampai saat ini masih eksist menyuarakan kebenaran adalah mahasiswa. Keberadaannya sebagai minoritas tak menjadikannya buta dan bisu dalam membangun bangsa. Sejak dahulu mahasiswa memang terkenal kritis dan tidak bisa berpangku tangan. Sehingga kalangan ini dikenal dengan istilah ‘Creative Minority’ yakni kaum minoritas yang kreatif. Sebagai contoh pergerakan mahasiswa seperti peristiwa tritura, bahkan yang paling membekas di benak kita adalah lengsernya Rezim Orde Baru adalah buah dari penanaman aksi yang dilakukan oleh mahasiswa.
Sesuai dengan arti namanya, Maha (besar) dan siswa (kaum terpelajar), mahasiswa memang kaum terpelajar yang mengemukakan kebesaran almamaternya dengan membawa perubahan-perubahan kondisi yang tidak ideal atau yang lebih dikenal dengan sebutan Agent of Change dan juga mahasiswa berperan sebagai control pemerintahan yang dilakukan dalam berbagai aksi-aksi yang mengundang perhatian public (Agent of Control). Kalangan mahasiswa yang demikian akrab disapa dengan para aktifis kampus. Kalangan ini lebih mengutamakan perjuangan daripada kuliah akademis yang notabenenya, nilai merupakan sesuatau yang tidak mutlak dan bisa dibeli. Mahasiswa yang seperti ini selalu menjunjung tinggi idealisme yang dianggap benar.
Sesuai dengan arti namanya, Maha (besar) dan siswa (kaum terpelajar), mahasiswa memang kaum terpelajar yang mengemukakan kebesaran almamaternya dengan membawa perubahan-perubahan kondisi yang tidak ideal atau yang lebih dikenal dengan sebutan Agent of Change dan juga mahasiswa berperan sebagai control pemerintahan yang dilakukan dalam berbagai aksi-aksi yang mengundang perhatian public (Agent of Control). Kalangan mahasiswa yang demikian akrab disapa dengan para aktifis kampus. Kalangan ini lebih mengutamakan perjuangan daripada kuliah akademis yang notabenenya, nilai merupakan sesuatau yang tidak mutlak dan bisa dibeli. Mahasiswa yang seperti ini selalu menjunjung tinggi idealisme yang dianggap benar.
Begitulah kata-kata bijak yang menggambarkan peraran pemuda pada suatu bangsa. Pepatah itu tidaklah berlebihan, mengingat sejak dahulu dari pemudalah suatu revolusi terlahir. Socrates, Archimides, rhomus&remulus, Alexander agung, Muhammad S.A.W adalah sedikit dari sekian banyak pemuda yang menjadi pembesar dan orang besar. Pemuda dianggap sebagai suatu kumpulan idealis yang dinamis yang memiliki ide-ide dan mimpi akan perubahan. Bahkan salah satu pujangga dalam negeri menuliskan sebuah biduan yang bejudul BANGUN PEMUDA-PEMUDI mengingat pentingnya pergerakan dari pemuda. Pemuda mendapat suatu kedudukan istimewa semenjak dahulu.
Di sisi lain adapula kalangan terpelajar yang lebih mengedepankan prestasi akademis. Mahasiswa ini memprioritaskan IPK 4,00 (empat koma nol dua) dan tamat cepat sehingga bisa mencari kerjaan yang ideal. Mahasiswa ini tidak mau ambil pusing mengenai masalah yang terjadi di kampus. Kehidupan mahasiswa yang seperti ini diwarnai dengan masalah sosialisasi yang tak urung dapat membuat tidak nyaman jua. Mahsiswa ini kerapkali dicap sebagai mahasiswa apatis.
Sebagai kalangan dengan semangat yang menggelora, pemuda selalu selalu menorehkan sejarah-sejarah indah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Jika kita menoleh ke belakang, sesungguhnya kemerdekaan Indonesia pun sesungguhnya tidak bisa lepas dari peran para pemuda. Dimulai dengan lahirnya Boedi Oetomo sebagai awal kebangkitan pergerakan, sumpah pemuda, peristiwa Jembatan merah, peristiwa malam kemerdekaan RI, peristiwa lapangan Ikada, dan pergerakan-pergerakan bawah tanah yang tidak terekam oleh sejarah.
Kapasitas pemuda Indonesia dalam menyumbangkan perubahan selalu mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan kapabilitas berpikir pemuda tersebut. Seiring dengan kemerdekaan Indonesia,peran pemuda-pemuda terpelajar makin terkemuka . meskipun banyaknya pengaruh global seperti akulturasi maupun pendegradasian nilai-nilai patriotism, namun pemuda masih tetap eksist sampai saat ini. Cara yang digunakan pun lebih terkesan terpelajar.
Antara mahasiswa apatis dan para aktifis kampus ini ibarat dua sisi mata uang. Saling berseberangan dan tidak bisa diselaraskan. Dalam Tri Dharma perguruan tinggi, kampus itu sesungguhnya berperan dalam tiga hal. Yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Kampus merupakan suatu sarana yang mencetak kalangan-kalangan terpelajar yang berprestasi secara akademis, mampu menjadi peneliti dan pemecah suatu permasalahan dan mengabdikan ilmu dan pikirannya bagi kemajuan masyarakat. Jadi bukan hanya mahasiswa yang cerdas secara akademis saja ataupun mahasiswa yang berkorban kuliah demi mengejar kebenaran dan memperjuangkan idealisme semata.
Mahasiswa yang cerdas dituntut untuk dapat berpikir logis dan dapat memprioritaskan yang utama diantara yang pertama. Mahasiswa mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya untuk memperoleh pendidikan setinggi mungkin dengan tidak melupakan tanggung jawab terhadap rakyat untuk memberikan suatu kontribusi bagi kemakmuran rakyat.
Diharapkan mahasiswa selain mempunyai IPK yang tinggi, juga aktif dalam berbagai organisasi. Mahasiswa yang seperti ini ibaratnya berada diantara para aktifis dan apatis. Mahasiswa seperti ini seakan merupakan golongan penengah atau mungkin bisa disebut golongan “ Mahasiswa Apatisaktifisme” . Akankah golongan ini tumbuh dan berkembang di kalangan terpelajar Indonesia?
Oleh: Meky Ferorry