Slamat Datang Di Blog Pramuka Univeristas Riau, Salam Pramuka

“Masuk Setengah Abad Gerakan Pramuka, mari Kenang Jasa Para Pembina, ikuti Semangatnya sampai Tua”


Ismail, Pembina Pramuka Mendayung Sampai Jauh…

Sedikit orang yang produktif di usia senja. Ismail contohnya. Lelaki sepuh ini masih aktif dalam gerakan Pramuka. Berprofesi sebagai pendayung becak,tak sedikitpun membuatnya rendah diri. Seorang figure panutan bagi generasi muda.

PEKANBARU. Pertengahan November 2010. Sebuah becak berplat nomor 0410, terlihat menepi di bawah sebatang pohon rindang di sudut kota Bagan, Rokan Hilir. Sejenak si pendayung becak menyeka keringat dari atap dahinya dengan handuk kecil yang biasa melingkar di leher, desahnya panjang. Seperti menunjukkan rasa penat/capek setelah seharian mengejar setoran. Uniknya ia tak terlihat resah. Sesungging senyum malah tersumbul di sudut bibir kakek usia enam puluhan ini. Air mukanya sontak cerah setelah ia merogok saku celana, dan menggenggam uang di tangan kanan. Matanya berbinar-binar melihat unggukan uang seribuan rupiah tersebut. Maklumlah, sudah satu bulan belakangan ini ia m enyisipkan uang hasil membecak hingga terkumpul Rp. 200.000,-

Sejurus kemudian, lelaki tua itu terlihat mencari sesuatu. Sebuah bungkusan besar diambilnya dari dalam becak. Ia pun perlahan membuka bungkusan sambil terus menggenggam uang dua ratus ribuannya. ‘Wow…ternyata satu stel pakaian Pramuka! ‘ Siapa sebenarnya lelaki pendayung becak ini? Apa hubungan antara uang Rp 200.000,- dengan seragam Pramuka? Yang jelas, setelah merasa cukup, ia pun meletakkan kembali bungkusan seragam tersebut pada tempatnya. Tak lama berselang, lelaki ini kembali mendayung becaknya dengan suka cita. Pulang ke rumah seiring dengan terbenamnya sang surya Matahari, yang sedari tersenyum simpul memperhatikan tingkah si kakek.

‘Hikayat’ pendayung becak dari Rokan Hilir ini bukanlah kisah isapan jempol. Lelaki sederhana itu kini telah berada di tengah-tengah ratusan peserta Jambore Daerah (Jamda) di Rokan Hulu pada akhir tahun 2010 lalu. Senyum khasnya tersamar di antara peserta lainnya. Duduk sama rata, tegak sama tinggi. Pepatah itu agaknya melekat pada kakek yang genap berusia 63 tahun ini. Ia pun tampak antusias dan tak malu-malu saat dimintai pengalamannya tentang gerakan Pramuka. Sampai-sampai ia menorehkan urutan angka 0410 pada becaknya, dan seragam Pramuka yang selalu setia menemani saat ia mencari nafkah.

"Saya cinta dengan Pramuka, sampai-sampai saya selalu menyimpan seragam Pramuka (pada tempat khusus-red) di becak. Soal nomor becak, kenapa saya buat 0410, maksudnya untuk mengingatkan orang pada Kwartir Daerah (Kwarda) Riau dan Kwartir Cabang (Kwarcab) Rokan Hilir", ujarnya dengan penuh gembira, saat ditemui di sela-sela kegiatan.

Memang unik pengalaman lelaki bernama Ismail ini. Kemanapun pergi mendayung becak sembari mencari nafkah, ia selalu membawa seragam Pramuka. Apabila ada kegiatan pramuka atau membina Pramuka, ia pun langsung menukar pakaiannya dengan seragam Pramuka. Itu dilakukannya apabila ada kegiatan di Kwarran maupun Kwarcab. Nah, kalau ada kegiatan tingkat Kwarda pada Jamda lalu, tak salah ia sampai rela menyisihkan uang sebagai ongkos buat berangkat.

Bagi seorang pendayung becak seperti Ismail, hal itu memang luar biasa. Jauh dari biasa yang dilakukan jamak orang. Orang barangkali bisa memperkirakan berapa penghasilannya, tapi orang tidak mungkin bisa perkirakan justru dari becak itulah ia mampu menghidupi istri dan 3 orang buah hatinya, plus masih bisa menyisihkan uang tersebut untuk kegiatan Pramuka. Ismail agaknya pantang menyerah pada takdir. Tidak ingin menyusahkan orang lain, begitu jujurnya. " Saya berusaha untuk berbuat sesuatu dari hati saya, tanpa selalu minta tolong pada orang lain, selagi ada tenaga dan pikiran yang jernih, saya akan berbuat yang terbaik untuk Gerakan Pramuka", akunya.

Bukan satu dua tahun, rupanya kalimat ini memang sudah tertanam di dada Ismail sedari kecil. Pramuka sudah akrab bagi Ismail sejak kanak-kanak. Teringat akan awal ia ikut gerakan Pramuka, tak selembar seragam Pramuka pun ia punyai. Semuanya berawal dari semangat. “Waktu itu saya hanya berbekal semangat. Maklumlah, orang tua saya memang tak mampu membelikan seragam,”kenang lelaki asli Bagan ini. Walau begitu, Ismail kecil bergeming. Ia malah terkadang dapat pinjaman seragam dari kakak Pembina. Karena terselip asa di hatinya dengan gerakan Pramuka ini makin mengasah kemandiriannya hingga kini. Ada rasa bangga ketika ia berdiri tegak bersama gerakan Pramuka.

"Makanya, dengan semangat yang ditanamkan oleh Kepramukaan pada diri saya, Alhamdulillah walaupun hanya sebagai tukang becak, namun saya tidak merasa minder dengan orang lain, bahkan saya bangga ikut kegiatan kepramukaan", tambah nya jujur. Di sela-sela aktifitasnya mencari nafkah, kini kak Ismail tetap aktif sebagai Pembina Pramuka Mahir Lanjutan golongan Penggalang Kwarcab Rokan Hilir di Kota Bagansiapi-api. Tanpa mengharapkan materi, kak Ismail terus membina keluarga, famili dan adik-adik Pramuka dengan penuh kasih sayang, sesuai dengan darma pramuka; cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, rela menolong dan tabah serta suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

Semangat Kak Ismail yang ada pada zaman sekarang inilah seharusnya patut ditiru oleh generasi muda sekarang. Kesederhanaan dan kebersahajaan dalam mengarungi hidup harus tetap ditanamkan dalam pendidikan Gerakan Pramuka. Hal ini penting, mengingat zaman sekarang anak-anak telah disuguhkan dengan berita, infotaiment yang menghadirkan materiaalistis dan hal yang berbau duniawi.
Untuk memasuki setengah Abad ini, dengan bersempena Tahun Emas 50 tahun Gerakan Pramuka Indonesia, Marilah kita melangkah kedepan, Gelorakan Gerakan Pramuka, beri semangat para jasa-jasa Pembina kita yang ikhlas, rela menolong dan tabah sesuai dengan dasadarma Pramuka. Satu Pramuka Untuk Satu Indonesia, Jayalah Indonesia Jayalah Kita Semua. Semoga…… Salam Pramuka.(aziz/humas).

http://www.kwardariau.org/berita.php?act=full&id=371

 

POSTINGAN TERBARU

Snap Shots

Get Free Shots from Snap.com

TEMAN