Slamat Datang Di Blog Pramuka Univeristas Riau, Salam Pramuka

REFLEKSI 28 TAHUN Gerakan Pramuka Gudep K.P 0801-0802 Universitas Riau

“Bahtera singgah sejenak dari pelayaran musim, mengisi bekal, memakal dinding. Kelasi berpesta pora di dermaga, bersulang arak atau meraguk rindu ..... Esok seiring fajar, kapal pasti berlayar menempuh samudera dan meracik ombak. Menuju tanah harapan atau tenggelam di titik takdir”.
(Saukarni al Karim)

Dalam serentang perjalanan anak manusia, mulai dari merecup lahir, hingga menuju peristiwa perjanjian terakhir, adalah sebuah laman kisah. Laman kisah itu kemudian diracik dan dikenang secara periodik dalam sebuah peristiwa yang bernama hari jadi atau ulang tahun. Dalam peringatannya setahun sekali orang, kelompok/orgnisasi, kota bahkan negara mengenang dirinya dan mengkaji sesuatu yang positif dan negatif dalam perjalanan setahun, kemudia mengambil langkah-langkah penting untuk memasuki waktu berikutnya.


Namun tanpa terasa dalam perjalanannya hari menjadi pekan, pekan menjadi bulan, bulan menjadi tahun, kita antara sadar dan tidak selalu saja terombang ambing kesana-kemari dalam berbagai persoalan hidup dan kehidupan.

Milan Kundrea dalam bukunya Kitab Lupa dan Gelak Tawa (The Book of Laughter and Forgetting) mengatakan bahwa “tugas manusia adalah menghimpun sejumlah kenangan-kenangan yang bisa disebut dengan manis pada masa mendatang. Merujuk dengan pemikiran Kundera ini, maka hari jadi bukanlah semata peristiwa kegembiraan yang diperingati dengan euforia karena kita telah melewati hari-hari, minggu-minggu dan bulan-bulan dalam setahun belakang. Bukan!!!

Hari jadi adalah momen untuk merenung terhadap apa yang telah kita lakukan dan sekaligus momen untuk memusyawarahkan tentang kenangan dan tanda apa yang harus kita bangun pada hari-hari mendatang. Jika hari jadi hanya sekedar untuk waktu berkisah, maka sungguh kita akan menjadi orang-orang yang rugi!!

07 April 2011, 28 tahun yang lalu Gugusdepan Gerakan Pramuka Universitas Riau lahir. Pertanyaan mendasar yang timbul adalah: Apakah yang hendak kita lakukan dalam menyambut hari jadi Gugusdepan kita tahun ini?? Akan banyak alternatif sekaligus jawaban untuk itu.

Namun demikan pada pandangan saya, hari jadi Gugusdepan Gerakan Pramuka Universitas Riau tahun ini adalah momen yang tepat untuk merenung secara mendalam, yaitu mempelajari apa-apa yang telah terjadi dan apa-apa yang akan terjadi. Intinya adalah menjadikan hari jadi yang ke-28 ini sebagai peristiwa penyadaran.

Mengapa penyadaran?? Paling tidak kita menjadi tahu betul kemana kita melangkah dan kemana Gugusdepan Gerakan Pramuka Universitas Riau ini akan kita bawa, sebab kita telah mengarifi masa lalu secara baik. Kita sama-sama melihat dan merasakan bahwa dalam rentang waktu setahun ini, Gugusdepan Gerakan Pramuka Universitas Riau seakan-akan berada pada tahun stagnan atau berjalan di tempat, belum tampak perubahan dan kemajuan yang secara signifikan, persoalan demi persoalan tak henti-henti datang dan singgah lalu menerpa, mulai persoalan internal Racana seperti menipisnya rasa kebersamaan anggota terhadap pentingnya sebuah sanggar ntah itu masalah kerapian, kebersiahan serta kegiatan rutinnya, menurunnya rasa loyalitas anggota terhadap Gudep dan Racana. Kenyataan ini adalah lecutan yang sangat pedih dan memilukan, namun tidak bijak jika kita hanya terus meratapinya. Dengan menjadikan momentum hari jadi ini sebagai peristiwa penyadaran maka kita akan kembali menemukan diri serta tahu apa sebenarnya yang harus kita lakukan untuk menebus semua kekalahan.

Gugusdepan Gerakan Pramuka Universitas Riau adalah segumpal harapan, dan harapan itu milik kita semua. Untuk itu, kita tidak mungkin membiarkan Gugusdepan dan Racana ini berada dalam keadaan “kalah” secara terus menerus. Kita mesti mengubahnya, karena kita telah sepakat bahwa Gugusdepan dan Racana kita harus lebih baik dari kemarin. Untuk itu kita memerlukan waktu untuk mensetting kembali segala sesuatunya, seperti di tegaskan dalam Sandi Racana kita bahwa “Fisabilillah hakekat juang, Sri srindit membawa perdamaian, Patriot racana suri tauladan, Nan memancarkan sinar dan kasih sayang”.

Dari sudut anggota misalnya hari jadi ini jadikanlah sebagai ruang untuk melakukan introspeksi dan kontemplasi tentang apa yang telah kita perbuat dan apa yang harus kita perbuat untuk Gugusdepan dan Racana yang kita banggakan ini. Mengutip bait Sandi racana kita ”Selalu bijak dengan kehendak, Pantang mundur terus maju, Tiada hendak berpaling langkah, Sebagai abdi dihadapan ibu pertiwi”. Sementara itu bagi yang memegang teraju kendali (Mabigus dan Dewan Racana) momentum ini pula dijadikan tempat menelihat kebelakang. Apakah tugas sebagai pemimpin sudah dilakukan sesuai dengan amanah atau belum. (Berpegang teguh akan amanah, Ikrar terucap janji, terlaksana, Tanpa menghitung jasa tercurah, Jadikan ia suatu nan fitrah). Jika cara ini kita lakukan maka hari jadi akan lebih berarti dan bermakna. Jika tidak, maka hari jadi hanya merupakan sebuah pengulangan dan tempat orang-orang menghitung hari yang tanpa arti dan kering makna.

Bersempena dengan hari jadi ini, ada beberapa hal yang penting yang harus kita lakukan. Pertama kebersamaan. Kebersamaan ini penting karena kahir-akhir ini kebersamaan itu terlihat semakin menipis. Tanpa kebersamaan yang kuat, maka orang-orang akan mudah mempermainkan kita, membuat posisi tawar (bargaining position) kita semakin lemah. Hari jadi tahun ini harus menjadi awal kesadaran dan menjadi persatuan sesama anggota yang menggetarkan.

Hal Kedua adalah meningkatkan rasa loyalitas. Loyalitas dan kesetiaan terhadap Gugusdepan dan Racana serta agenda-agenda dan kegiatannya akhir-akhir ini semakin memudar. Jika kondisi ini tetap terus berlangsung tanpa ada dari kita untuk mengatasi dan mencari solusinya maka sesungguhnya secara organisasi kita sudah mati suri. Tentu kita semua tidak akan pernah nyaman dengan kondisi ini. Oleh karena itu tidak salah bila kita merenungi kembali pesan yang tersurat pada Sandi Racana kita yang menggariskan bahwa Suci dalam berpikir, Terucap dalam perkataan, Nampak dalam apa yang diperbuat, Sebagai insan Tuhan nan setia

Selanjutnya yang ketiga adalah terus berkaya - Kerja dan karya tanpa tertunda, Senantiasa terampil setiap tampil, Selalu gembira dalam suka dan duka, Citra pramuka indonesia. Manusia boleh saja mati kata Francis Bacon seorang Filusf besar dari Inggris tapi dia bisa memperpanjang umurnya dengan karya. Bacon lebih jauh mengatakan bahwa sebuah karya atau momen yang terbuat daripengetahuan dan kearifan memiliki kemungkinan bertahan lebih besar dari hasil-hasil karya yang lain, semisal berupa monumen istana, candi, ataupun sebuah kota,..

Selamat Hari jadi.

Junjung Budi, Hormat Bahasa

 

POSTINGAN TERBARU

Snap Shots

Get Free Shots from Snap.com

TEMAN